Sabtu, 29 Oktober 2016

Namanya Gonde

Namanya Gonde.

Gonde adalah teman sepermainanku sejak kecil. Itu bukanl nama aslinya. Tapi dia menyukai sejarah nama itu. Tidak banyak yang memanggil dia dengan nama itu.

Nama itu diambil dari satu mitos lucu tentang seorang anak yang selalu riang gembira kemanapun ia pergi. Bocah kecil itu sangat menonjol dibanding anak-anak seusianya. Katanya sih itu karena di dalam kepalanya tinggal seekor anak kucing. Orang-orang selalu menanti kapan kucing itu keluar dari dalamnya. Berharap si kucing mau migrasi ke dalam kepala mereka. Sepertinya orang-orang dalam mitos itu tidak kenal istilah begal. Ahahaha..

Aku lebih suka memanggil dia dengan nama aslinya. Nama yang cocok dengan jati dirinya. Seseorang dengan sejuta kelemahan dan berjuta kelebihan. Seandainya saja dia mampu konsisten untuk melihat dirinya seperti itu. Terlalu sering kami, sebagai sahabat, bertengkar hanya gara-gara dia lupa namanya sendiri!

Kali ini, baiklah kita tetap memanggil dia Gonde. Lebih menjual sepertinya.. hehehe..
Persahabatan kami sudah melewati usia perak. Dia itu periang dan suka menolong tapi juga sangat kaku. Tambahan, dia juga cerdas. Keluhan hidupanya hanya seputar fakta bahwa dia tidak mampu mempertahankan hubungan baik dengan orang lain. Pernah dia berusaha berubah dengan mempertahankan hubungan baik dengan sekelompok teman yang, menurutku sungguh tidak layak ia sebut sahabat. Buatku mereka perampok

Konyol!! Masakan dia mau memperlakukan semua orang… tepatnya… semua orang…. seperti memperlakukani istri? Untuk seorang single, jelas ini bukan cara yang bijak untuknya mempersiapkan pernikahan!! Hahaha…
Gonde, hidupnya sungguh penuh kekonyolan. Semoga si kucing mitos tidak dengan sengaja merusak susunan koordinasi saraf di dalam otaknya. Dia terlalu gampang terbawa perasaan. ‘Baper-an’ kalau anak-anak zaman menyebutnya.

Saat ini kehidupannya sudah jauh lebih baik. Dia telah memilih orang-orang penting di dalam hidupnya. Mereka adalah sejumlah kecil orang yang mampu ia rangkul di dalam pelukannya dan bersedia balik memeluk dia dengan tulus. Hidupnya Gonde memang begitu. Konyol tapi juga beruntung.

Baru-baru ini orang-orang baik itu membuat dia ingin terbang. Kuliah. Kuliah ke luar negeri!! Sepertinya kesaktian mereka berhasil membuat si kucing (kalau memang benar ada) seakan bangkit keluar dari mitos.

‘Tapi, kuliah..??!!! Alamak…, membaca pun dia tidak suka!!’ pikirku.
Saat dia sedang sendiri, aku mendatanganinya dan mencoba memastikan kembali hal ini kepadanya. Wajarlah, aku kan sahabatnya.

Dia tidak terlihat yakin akan jawabannya. Tetapi dia mengiyakan bahwa sebaik-baiknya hidup harus menuntut dia untuk kerja keras. ‘It’s my life,’ katanya.
Dia tahu ketika keraguan memenuhi isi kepalaku dan membentuk seekor anjing yang siap mengintimidasi kucing di dalam kepalanya.

Lalu katanya, “Bro, ingat nggak soal si Butet, si Theresia, si Yenny, si Dewi dan cewek-cewek lain di sekolah dulu??. Seandainya saja sedari dulu aku fokus dan kerja keras.. mungkin saat ini kau dan aku sedang ngobrol di GOR ini menonton anakku latihan basket. Pura-puranya kita sedang menunggu anak-anak kita selesai latihan”

Dia pun tertawa keras, sesaat setelah aku memulainya terlebih dahulu.

“Aku sudah lama tidak kerja keras. I need this, Man!” Katanya.

Saat itu, aku ingin si kucing mengeong tanda setuju dari dalam kepalanya yang besar. Tetapi tidak ada. Hanya ada suara sedotan hidung yang sedari tadi terus mewarnai percakapan kami. Dia sedang flu berat dan kami sedang istirahat game basket.

Malam itu dia totally on fire. Permainannya mengundang decak kagum kawan, lawan dan penonton. Pasti ini bukan gara-gara si kucing? Lalu kulihat ke sekeliling dan tampaklah wanita itu. Hahaha..
 ‘Lanjutkan!’, seruku.

Segera pasti kami akan hang out dan basket bareng lagi. Semoga saat itu flu nya telah reda dan aku dapat mendengar si kucing mengeong dari dalam kepalanya. Banyak hal menarik yang ingin kuingat kembali lalu tuliskan tentang dia.