“Public
Speaking guys…!! Public Speaking…!!”
Tiba-tiba
saja Gonde menyeruak masuk ke dalam ruangan dengan suara yang nyaring. Saat
kami semua baru saja tiba dan pagi itu sedang tidak ada demo penistaan agama di
area kantor kami. Sontak kami semua kaget. Salah seorang dari kami ada yang
sudah berumur limapuluhan tahun. Untung dia tidak kenapa-kenapa. Hanya senyum
ramah yang terpampang di wajahnya. Sementara yang lain hanya tersentak sesaat
dan kemudian melanjutkan mempersiapkan perlengkapan kantor. Kami semua tahu
kalau Gonde itu suka bikin kejutan dengan cara-cara yang konyol.
“Hm… Kok pada diam semua ya?”, Dia terus
memburu kami. Sambil berjalan ke sudut ruangan. Setelah menemukan posisi yang
nyaman, dia marik nafas dengan salam. Pandangannya menjelajah berkeliling. “Berarti
banyak yang masih belum tahu nih.”, simpulnya dengan sedikit nada kemenangan
terdengar di balik senyumnya yang dari tadi telah terkembang.
Itu lah
Gonde. Sahabatku yang konyol, keras kepala dan pastinya baik hati. Sehari
sebelum itu dia dipiliha oleh kantor untuk mengikuti pelatihan public speaking.
Tidak semua staff ditunjuk untuk kesempatan itu. Salah satu alasannya ialah
karena biaya pelatihan yang mahal. Terpilih untuk pelatihan ini bagi Gonde sangatlah
dalam dan spesial maknanya. Dia orang yang cukup perasa alias sensitif
orangnya. Lalu, karena aku dan yang lain tidak terpilih dia pun berjanji akan
membagikan apa yang dia pelajari dari pelatihan itu pada kami semua. Kami pun
menjadi paham apa yang akan sesaat lagi akan terjadi.
“Teman-teman, ingat ya.. Public Speaking itu
tidak ada hubungannya dengan Speaker. Itu lho.. pengeras suara yang biasa
dipakai di acara kondangan atau yang biasanya dicolokin ke laptop itu. Public
Speaking itu bahasa Indonesianya Berbicara di Depan Umum dan orang yang
melakukannya di sebut Public Speaker atau Pembicara. Semua orang bisa menjadi
pembicara. Syarat utamanya adalah harus punya pendengar lebih dari satu orang.
Sederhana, kan?”
Perlahan
kami yang ada di ruangan pun tertarik untuk mendengarkan ocehannya. Walau tidak
dapat mengutarakannya secara gamblang, apa yang ia sampaikan pagi itu cukup
menginspirasi untukku. Selama hamper 15 menit berbicara, berikut adalah
poin-poin praktis yang aku tangkap tentang tips agar menjadi seorang Publis
Speaker.
Pertama,
dan yang paling utama adalah hati. Seorang public speaker harus bisa menjaga
hati. Sebab dari sana lah terpancar kehidupan. Wuihh… dalam banget.. Maksudnya
kira-kira seperti ini. Jika hati dalam keadaan baik maka apapun yang akan
dikerjakan ataupun disampaikan oleh orang tersebut pasti akan baik juga. Orang-orang
yang tahu bagaimana menjaga kondisi hatinya akan mampu juga mengendalikan
suasana pada saat sedang berbicara di depan umum. Ada yang bilang, orang
tersebut akan jadi lebih bersahaja, tegas dan juga berkharisma. Ternyata hati
kita itu sakti ya.
Kedua,
Waktu. Selalu ingat waktu. Sering terjadi bahwa seorang Public Speaker diundang
ke sebuah acara untuk berbicara misalnya untuk durasi 1 jam. Tetapi kerena
banyak faktor, tiba-tiba oleh panitia si pembicara hanya diberi waktu 15 menit
untuk berbicara. Jika anda menjadi Public Speaker dan anda terjebak dalam
kondisi ini, pastikan anda harus tetap mengikuti arahan yang diberikan, yakni hanya
berbicara 15 menit. Memang akibatnya adalah anda harus melewatkan beberapa materi-materi
yang telah anda siapkan. Anggaplah ini sebagai proses pemurnian materi. Cukup
sampaikan apa yang menjadi prioritas anda dan anda juga bisa sampaikan bahwa
sisa materi yang lain akan dibahas di lain kesempatan. Niscaya para pendengar
masih akan tetap memberikan tepuk tangan meriah di akhir sesi anda. Bahkan…
mencari anda untuk tahu lebih jauh tentang materi anda.
Ketiga,
Hormat. Hormati diri anda sendiri dan juga orang lain. Artinya jangan
menganggap diri anda lebih besar ataupun lebih kecil dari orang lain. Kita
tidak bisa mengatur sudut pandang orang lain, tetapi kita bisa mengatur sudut
pandang kita sendiri. Dengan begini anda memuliakan diri anda sendiri, orang
lain dan pada umumnya anda memuliakan manusia makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa.
Sehingga dalam Public Speaking, peran anda sebagai pembicara bukan mengajari
ataupun mendikte orang lain. Melainkan berbagi dengan orang lain tentang buah
pikir, pengalaman ataupun pengetahuan anda. Ketika anda gagal menghormati
seseorang, sebenarnya anda gagal melihat potensi diri orang tersebut. Bahkan
membatasi orang tersebut di dalam pikiran anda. Hehe… anda kan bukan Tuhan.
Keempat,
Materi. Sampaikan materi anda sesederhana mungkin hingga anak SD juga bisa
mengerti. Jika materi yang anda sampaikan memang rumit, maka tugas anda sebagai
seorang Public Speaker adalah menyederhanakannya. Salah satunya dengan cara
mengemasnya dalam bentuk permainan ataupun aktifitas sehari-hari. Lebih menohok
lagi seorang Albert Einstein, salah seorang ilmuwan terkemuka dunia, pernah mengatakan
“If you can’t explain it to a six years old, you don’t understand it your self”.
Relevansinya ialaha, seorang Public Speaker harus memahami materinya dan mampu
menjelaskannya ke orang lain. Niscaya anda akan dapat menggerakkan perubahan di
dalam hati orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar