Jumat, 27 Januari 2017

Public Speaking

“Public Speaking guys…!! Public Speaking…!!”

Tiba-tiba saja Gonde menyeruak masuk ke dalam ruangan dengan suara yang nyaring. Saat kami semua baru saja tiba dan pagi itu sedang tidak ada demo penistaan agama di area kantor kami. Sontak kami semua kaget. Salah seorang dari kami ada yang sudah berumur limapuluhan tahun. Untung dia tidak kenapa-kenapa. Hanya senyum ramah yang terpampang di wajahnya. Sementara yang lain hanya tersentak sesaat dan kemudian melanjutkan mempersiapkan perlengkapan kantor. Kami semua tahu kalau Gonde itu suka bikin kejutan dengan cara-cara yang konyol.

“Hm… Kok pada diam semua ya?”, Dia terus memburu kami. Sambil berjalan ke sudut ruangan. Setelah menemukan posisi yang nyaman, dia marik nafas dengan salam. Pandangannya menjelajah berkeliling. “Berarti banyak yang masih belum tahu nih.”, simpulnya dengan sedikit nada kemenangan terdengar di balik senyumnya yang dari tadi telah terkembang.

Itu lah Gonde. Sahabatku yang konyol, keras kepala dan pastinya baik hati. Sehari sebelum itu dia dipiliha oleh kantor untuk mengikuti pelatihan public speaking. Tidak semua staff ditunjuk untuk kesempatan itu. Salah satu alasannya ialah karena biaya pelatihan yang mahal. Terpilih untuk pelatihan ini bagi Gonde sangatlah dalam dan spesial maknanya. Dia orang yang cukup perasa alias sensitif orangnya. Lalu, karena aku dan yang lain tidak terpilih dia pun berjanji akan membagikan apa yang dia pelajari dari pelatihan itu pada kami semua. Kami pun menjadi paham apa yang akan sesaat lagi akan terjadi.

 “Teman-teman, ingat ya.. Public Speaking itu tidak ada hubungannya dengan Speaker. Itu lho.. pengeras suara yang biasa dipakai di acara kondangan atau yang biasanya dicolokin ke laptop itu. Public Speaking itu bahasa Indonesianya Berbicara di Depan Umum dan orang yang melakukannya di sebut Public Speaker atau Pembicara. Semua orang bisa menjadi pembicara. Syarat utamanya adalah harus punya pendengar lebih dari satu orang. Sederhana, kan?”

Perlahan kami yang ada di ruangan pun tertarik untuk mendengarkan ocehannya. Walau tidak dapat mengutarakannya secara gamblang, apa yang ia sampaikan pagi itu cukup menginspirasi untukku. Selama hamper 15 menit berbicara, berikut adalah poin-poin praktis yang aku tangkap tentang tips agar menjadi seorang Publis Speaker.

Pertama, dan yang paling utama adalah hati. Seorang public speaker harus bisa menjaga hati. Sebab dari sana lah terpancar kehidupan. Wuihh… dalam banget.. Maksudnya kira-kira seperti ini. Jika hati dalam keadaan baik maka apapun yang akan dikerjakan ataupun disampaikan oleh orang tersebut pasti akan baik juga. Orang-orang yang tahu bagaimana menjaga kondisi hatinya akan mampu juga mengendalikan suasana pada saat sedang berbicara di depan umum. Ada yang bilang, orang tersebut akan jadi lebih bersahaja, tegas dan juga berkharisma. Ternyata hati kita itu sakti ya.




Kedua, Waktu. Selalu ingat waktu. Sering terjadi bahwa seorang Public Speaker diundang ke sebuah acara untuk berbicara misalnya untuk durasi 1 jam. Tetapi kerena banyak faktor, tiba-tiba oleh panitia si pembicara hanya diberi waktu 15 menit untuk berbicara. Jika anda menjadi Public Speaker dan anda terjebak dalam kondisi ini, pastikan anda harus tetap mengikuti arahan yang diberikan, yakni hanya berbicara 15 menit. Memang akibatnya adalah anda harus melewatkan beberapa materi-materi yang telah anda siapkan. Anggaplah ini sebagai proses pemurnian materi. Cukup sampaikan apa yang menjadi prioritas anda dan anda juga bisa sampaikan bahwa sisa materi yang lain akan dibahas di lain kesempatan. Niscaya para pendengar masih akan tetap memberikan tepuk tangan meriah di akhir sesi anda. Bahkan… mencari anda untuk tahu lebih jauh tentang materi anda.





Ketiga, Hormat. Hormati diri anda sendiri dan juga orang lain. Artinya jangan menganggap diri anda lebih besar ataupun lebih kecil dari orang lain. Kita tidak bisa mengatur sudut pandang orang lain, tetapi kita bisa mengatur sudut pandang kita sendiri. Dengan begini anda memuliakan diri anda sendiri, orang lain dan pada umumnya anda memuliakan manusia makhluk ciptaan Yang Maha Kuasa. Sehingga dalam Public Speaking, peran anda sebagai pembicara bukan mengajari ataupun mendikte orang lain. Melainkan berbagi dengan orang lain tentang buah pikir, pengalaman ataupun pengetahuan anda. Ketika anda gagal menghormati seseorang, sebenarnya anda gagal melihat potensi diri orang tersebut. Bahkan membatasi orang tersebut di dalam pikiran anda. Hehe… anda kan bukan Tuhan.




Keempat, Materi. Sampaikan materi anda sesederhana mungkin hingga anak SD juga bisa mengerti. Jika materi yang anda sampaikan memang rumit, maka tugas anda sebagai seorang Public Speaker adalah menyederhanakannya. Salah satunya dengan cara mengemasnya dalam bentuk permainan ataupun aktifitas sehari-hari. Lebih menohok lagi seorang Albert Einstein, salah seorang ilmuwan terkemuka dunia, pernah mengatakan “If you can’t explain it to a six years old, you don’t understand it your self”. Relevansinya ialaha, seorang Public Speaker harus memahami materinya dan mampu menjelaskannya ke orang lain. Niscaya anda akan dapat menggerakkan perubahan di dalam hati orang lain.




Pagi itu setelah Gonde selesai dengan kuliah singkatnya, kami pun kembali ke meja kerja masing-masing. Hari masih panjang...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar